a

Friday, November 18, 2011

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH

Program bimbingan yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran.
kegiatan bimbingan mencakup tiga jenis bimbingan, yaitu : bentuk bimbingan, sifat bimbingan dan ragam bimbingan, yang masing-masing memberikan corak tertentu pada kegiatan yang tertampung dalam suatu program.
didalam program terdapat beberapa komponen, yaitu saluran formal untuk melayani para siswa, tenaga-tenaga pendidik yang lain, serta orangtua siswa.

Pola-pola dasar Pelaksanaan Bimbingan
Pola-pola dasar pelaksanaan bimbingan di sekolah adalah suatu asas pokok untuk mengatur penyebaran pelayanan bimbingan di sekolah dengan mempertimbangkan kegiatan-kegiatan bimbingan yang akan diadakan, dilaksanakan oleh siapa dan diberikan kepada siapa. Pola-pola bimbingan dibagi dalam pola dasar sebagai berikut :
  • Pola generalis, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha belajar siswa, dan bahwa seluruh staf pendidik dapat menyumbang padan perkembangan kepribadian masing-masing siswa. oleh karena itu, pelayan bimbingan tersebut secara luas, banyak dengan melibatkan banyak tenaga pendidik.
  • Pola spesialis, berasaskan keyanikan, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan, yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu, seperti testing psikologis, bimbingan karier dan konseling.
  • Pola kurikuler, bedasarkan keyakinan, bahwa kegiatan bimbingan berlangsung di institusi pendidikan sebaiknya dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pelajaran khusus, dalam rangka suatu kursus bimbingan.
pola pola generalis, pola organisasi  bimbingan akan denderung ke desentralisasi pada dimensi yang satu; dan pada dimensi yang kedua akan cenderung ke generalisasi. sebaiknya, pada pola dasar spesialisasi, pola organisasi bimbingan akan cenderung ke spesialisasi pada dimensi yang satu, dan dimensi yang kedua akan cenderung ke sentralisasi  pada dimensi yang satu.

komponen-komponen dalam program bimbingan.
a. pengumpulan data.
b. pemberian informasi
c. penempatan
d. koneling
e. konsultasi
f. evaluasi program


post by :
Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

Thursday, November 17, 2011

ASAS-ASAS LAYANAN BIMBINGAN KONSELING


Bimbingan dan konseling termasuk golongan jabatan profesional yang disebut helping professions, yaitu jabatan untuk membantu orang lain dalam pengembangan diri sendiri, seperti yang dilakukan oleh seorang pekerja sosial, pemuka agama, psikiater dan ahli psikoanalisis, psikologi klinis dan psikoterapeut, serta konselor sekolah. 
komunikasi antar pribadi yang bercorak membantu dan dibantu (helping relationship). komunikasi antarpribadi dapat ditemukan dalam hubungan antara suami isteri, orang tua anak, guru dan siswa, sahabat dengan sahabat dan lain-lain.

Asas-asas Komunikasi Antarpribadi dalam Konseling
Ciri-ciri hubungan antarpribadi yang bercorak membantu dan dibantu adalah sebagai berikut :
  1. -     Bermakna, baik untuk konselor maupun konseli, karena kedua belah pihak melibatkan diri sepenuhnya.
  2.  Mengandung aneka unsure kognitif dan afektif 
  3. Saling percaya dan saling terbuka 
  4. Berlangsung atas dasar saling memberikan persetujuan, dalam arti konseli menyetujui terjadinya komunikasi secara sukarela dan konselor menerima dengan rela permintaan untuk memberikan bantuan professional. 
  5. terdapat suatu kebutuhan di pihak konseli yang diharapkannya dapat dipenuhi melalui wawancara konseling
  6.  terdapat komunikasi dua arah 
  7. mengandung strukturalisasi
  8. berdasarkan kerelaan dan usaha untuk bekerja sama
  9. mengarah ke suatu perubahan pada diri konseli
  10. terdapat jaminan bahwa kedua partisipan merasa aman
K      kondisi – kondisi Eksternal dan Internal

1.     Kondisi – kondisi Eksternal
a. Lingkungan fisik di tempat wawancara konseling berlangsung
b. Penataan ruang
c. Bentuk bangunan ruang yang memungkinkan pembicaraan secara pribadi
d. Konselor berpakaian rapi
e. Kerapian dalam menata segala barang yang terdapat di ruang dan di atas meja tulis konselor
f. Penggunaan system janji
g. Konselor menyisihkan buku, catatan serta kertas di atas meja pada waktu seorang konseli dating untuk berwawancara
h. Tidak terpasang peralatan rekaman, berupa alat rekaman audio atau video.
2.    Kondisi-kondisi Internal
a. Di pihak Konseli
Pada saat konseli akan menghadap ke konselor maka akan membawa sikap tertentu, pengalaman-pengalaman tertentu dalam hal mendapat pelayanan bimbingan, sukses dan kegagalan di masa lampau, berbagai aspirasi serta kekecewaan, pandangan pribadi serta harapan tertentu.
b. Di pihak Konselor
Konselor harus mampu mengenal diri sendiri, memahami orang lain, berkomunikasi dengan orang lain.




Daftar pustaka
Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abad


C. 

sharing - sharing dengan para alumni. ( Kak Ganda angkatan 1999)






awalnya kami meminta kepada Bu Dina (dosen pengampuh Bimbingan dan Konseling Sekolah) untuk mengundang narasumber yang bisa memberi pengetahuan yang lebih mengenai Binkos (Bimbingan dan Konseling Sekolah) dan akhirnya permintaan kami terwujud.
Pada tanggal 15 November 2011 datanglah Kak Ganda (angkt 1999) untuk berbagi mengenai pengalaman kk tersebut di dunia Bimbingan dan Konseling. kk Ganda mengatakan kepada kami ada beberapa point penting yang dibahas kk Ganda mengenai Binkos. yaitu :
1. apa itu konseling sekolah ?
Konseling sekolah adalah pertemuan antara konselor dengan konseli dimana konselor membantu konseli untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapinya sehiingga konseli mampu untuk memecahkan/menyelesaikan masalah sendiri. 
tetapi banyak disekolah seklah kita lebih mengenal dengan istilah BP/polisi sekolah dimana lebih banyak mengatasi para siswa yang bermasalah saja.

2. siapa saja yang berperan sebagai Pembimbing Sekolah
kk Ganda mengatakan siapa saja bisa menjadi pembimbing di sekolah, asalkan telah/ sudah pernah mengikuti pelatihan mengenai bimbingan. tetapi bila permasalahan yang dihadapi memerlukan treatmen maka harus seorang Psikolog yang menanganinya. Dan juga yang dapat memberikan pencerahan bagi para siswa adalah seorang konselor, bukan BP. 

3. peluang kerjanya gimana?
sangat jelas, konselor di sekolah pastilah sangat dibutuhkan di sekolah.. karena mengingat akan filosopi yang mengatakan dimana ada manusia disitulah ada Psikologi . sehingga konselor sekolah diharapkan menjadi panutan  dan menjadi pendengar yang baik bagi para siswa untuk menjadikan  hidup lebih baik.

4. hambatan seorang konselor sekolah
 ada beberapa hambatan dalam menciptakan konseling disekolah :
- terkdang pihak sekolah sering menyepelekan proses  konseling.
- sekolah juga menganggap mereka tidak mampu membayar  seorang konselor.
- dan juga sekolah berfikiran bila kita memanggil orang tua ke sekolah, maka masalah juga akan selesai.

mungkin itu beberapa point penting yang saya tangkap saat kk ganda datang memberikan pengalamannya. dan semoga itu bermanfaat bagi kami untuk kedepannya. :D

Layanan bimbingan pengumpulan data

   Pengumpulan data diartikan disini mencakup penggunaan aneka teknik, metode dan alat untuk menemukan, memperoleh serta menyimpan informasi tentang berbagai aspek pada orang, yang dibimbing (assessment), namun tidak terbatas hanya padal hal itu saja. data yang dikumpulkan harus menghasilkan gambaran yang lebih jelas tentang individualitas masing-masing siswa dan mahasiswa, dengan menghubungkan aspek yang satu dengan lainnya dan membandingkan data tentang peserta didika lainnya.
Layanan bimbingan pengumpulan data yang bermutu  harus terintegrasi, kontinu, dan berkisinambungan, serta bermanfaat. Terintegrasi berarti, bahwa seharusnya digunakan baik alat-alat tes, seperti tes bakat dan tes minat, maupun alat-alat nontes, seperti anekdota dan skala penilaian. Masing-masing alat pada kelompok alat pegumpulan data memiliki cirri khas sendiri dan menghasilkan data tentang suatu aspek yang berbeda. Oleh karena itu, deskripsi tentang individualitas siswa dan mahasiswa akan lebih lengkap bila kedua macam alat pengumpul data digunakan.

    Data yang dibutuhkan diperoleh dari dau sumber, yaitu siswa itu sendiri dan dari orang lain. Siswa dapat meyajikan data tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya, misalnya data tentang cita-cita hidup dan kondisis lingkungan keluarganya.  Data yang dikumpulkan dan ditafsirkan itu berupa data psikologis seperti minat di bidang pekerjaan dan sifat  karakter dalam mengambil keputusan, dan data social seprti latar belakang siswa dan status siswa di dalam kelas.

Alat-alat Nontes
  •  Angket tertulis, Berisi sejumlah item atau pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa secara tertulis juga.
  • Wawancara Informasi,Alat pengumpul data untuk memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan
  •  Otobiografi, Karangan yang ditulis oleh siswa mengenai riwayat hidupnya sampai pada saat sekarang
  •  Anekdota, Laporan singkat tentang perilaku seseorang siswa dan memuat deskripsi objektif tentang tingkah laku siswa pada saat tertentu
  •  Skala Penilaian,Sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai butir atau item
  • Sosiometri,Suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan social dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10-50 orang) berdasarkan preferensi antara anggota kelompok satu sama lain.
  •  Kunjungan Rumah, Kunjungan rumah bertujuan untuk lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari, bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau wawancara informasi.
  • Kartu pribadi,Aplikasi dari penyusunan suatu arsip yang memuat data penting tentang seseorang.
  • Studi kasus
Metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang siswa secara lengkap dan mendalam dengan tujuan memahami individualitas siswa dengan lebih baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.


    Dalam rangka layanan Pengumpulan Data di jenjang pendidikan menengah pada umumnya dibutuhkan data tentang masing-masing peserta dalam aspek-aspek sebagai berikut :
  •           Latar  belakang keluarga. Data tentang orang tua, saudara-saudara, taraf ekonomi keluarga, suasana keidupan dalam keluarga dan sebagainya. Alat nontes yang digunakan : angket tulis, wawancara informasi, laporan kunjungan rumah, otobiografi, studi kasus, dan kartu pribadi. 
  •       Riwayat sekolah. Seluruh jenjang pendidikan sekolah yang telah terselesaikan, dalam waktu berapa tahun, tamat di mana dan pada tahun berapa, kesukaran-kesukaran belajar yang dialamu, dan sebagainya. Alat notes yang digunakan, angket tertulis, wawancara informasi, otobiografi, kartu pribadi.
  •      Taraf prestasi dalam bidang – bidang studi yang mempunyai relevansi bagi perencanaan pedidikan lanjutan dan penentuan jabatan kelak, seperti matematika, bahasa Ingris, bahasa Indonesia dan lain-lain. Alat tes yang digunakan : tes hasil belajar yang distandardisasikan. Alat nontes yang digunakan : kartu pribadi, apabila tersedia ruang untuk mencapai hasil evaluasi belajar oleh para guru.      
  •      Taraf kemampuan intelektual atau kemampuan akademik : kemampuan – kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah digunakan yang ada didalamnya berfikir memegang peranan pokok. Alat tesyang digunakan tes intelegensi. Alat nontes yang digunakan kartu pribadi, apabila tersedia ruang untuk mencatat hasil evaluasi belajar di sekolah.
  •       Bakat khusus : kemampuan untuk mencapai prestasi tinggi di bidang tertentu, misalnya di bidang studi matematika, di bidang studi bahasa. Alagt tes yang digunakan : tes bakat khusus, alat nontes yang digunakan kartu pribadi, apabila tersedia ruang untuk mecatat hasil evaluasi belajar di sekolah. 
  •            Minat. Terhadap bidang studi dan bidang pekerjaan tertentu : kecendrungan menetap untuk merasa tertarik pada sesuatu. Alat tes yang digunakan : tes minat, alat nontes yang digunakanL: angket tertulis, wawancara informasi, kartu pribadi. 
  •     Pengalaman dari luar sekolah: berbagai kegiatan dalam berbagai oragnisasi muda-mudi dan pengalaman kerja. Alat nontes yang digunakan : angket tertulis, wawancara informasi, otobiografi, kartu pribadi.
  •      Kesehatan jasmani: keadaan kesehatan pada umumnya, gangguan pada alat-alat indera, cacat jasmani, dan penyakit serius yang pernah diderita. Data ini berkaitan dengan kelancaram studi di sekolah dan dengan rencana masa depan. Alat nontes yang digunakan : angket tertulis, wawancar informasi, laporan kununjungan rumah, laporan petugas kesehatan, otobiografi dan kartu pribadi.   

Pembagian alat-alat  tes menurut aspek isi :
a.      Tes hasil belajar (Achievement Test).yang mengukur apa yang telah dipelajari di berbagai bidang studi. Tipe tes khusus meneliti penguasaan materi bidang studi tertentu saja; ada pula tes yang meliputi materi beberapa bidang studi dalam lingkup yang agak luas. Tipe tes hasil belajar yang khusus adalah tes kesepian. Tipe tes khusus lainnya adalah tes diagnostic, yang meneliti sebab-sebab timbulnya kesulitan dalam mempelajari suatu bidang studi tertentu, agar siswa dapat ditolong dalam megatsi kesulitan dan melengkapi kekurangannya.

b.      Tes kemampuan intelektual, yang mengukur taraf kemampuan berfikir,terutams berkaitan dengan potensi untuk mencapai tahap prestasi tertentu dalam belajar di sekolah (mental ability test, intelligence test, academic test)
Daftar Pustaka
Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:
Media Abadi

Thursday, November 3, 2011

organisasi dan administrasi

Administrasi  merupakan  usaha dan kegiatan bersama meliputi penetapa tujuan serta cara dalam pembinaan organisasi , pencapaian tujuan, penyelenggaraan pemerintah, kantor, dan tata usaha.
Managemen merupakan proses penggunaan SD yang efektif untuk mencapai sasaran Organisasi bimbingan merupakan  pengaturan dan penyusunan  pola-pola organisasi

Administrasi Bimbingan à usaha pengendalian kerja sama antar tenaga bimbingan untuk mencapai tujuan yang disepakati (pelaksanaan , perencanaan, dll).
Pola Organisasi adalah hubungan struktural antar bagian di dalam suatu badan sosial yang merupakan unit kerja 

5 pengaturan dlm pembagian tugas antar 2-3 konselor di sekolah:  
1.Konselor  priaà siswa pria,konselor wanitaà siswi wanita 
2.Tanggung jawab trhdp kelas tertentu shg tiap thn ajaran memperoleh siswa baru 
3.Tanggung jawab trhdp kelas tertentu dari awal angkatan siswa trsbt masuk  - tamat 
4.Memegang layanan bimbingan tertentu untk seluruh angkatan 
5.Kombinasi anatara 2 dan 4 
Program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan yg terencana, terorganisasi  & terkoordinasi. 
Keuntungan: 
1. Ruang lingkup pelayanan bimbingan jauh lebih luas dan smua siswa mendapatkan, pelayanan bimbingan
2.  Pelayanan bimbingan jadi usaha bersama oleh staff bimbingan sbgai tim kerja
3. Sarana personil dan  materil dimanfaatkan secara optimal  
Rambu-rambu program bimbingan :  
Tujuan jenjang pendidikan 
Kebutuhan kebutuhan para peserta didik 
Pola dasar yang sbaiknya di pegang 
Komponen bimbingan tertentu yg sbaiknya diprioritaskan 
Bentuk bimbingan diutamakan, sifat yg ditonjolkan, ragam yg patut ditekankan 
Unsur tenaga bimbingan yg patut dikerahkan 
tujuan program dan bimbingan
 Tujuan umum  mencakup lingkungan sasaran yang lebih luas. 
Tujuan khusus  penjabaran dari tujuan umum dan mempunyai lingkungan sasaran yang lebih terbatas

Guidance policy -->  tujuan umum -->  tujuan khusus -->  Kegiatan bimbingan

 

Wednesday, October 26, 2011

TEKNIK-TEKNIK KONSELING

1. Teknik Konseling Verbal, merupakan suatu tanggapan verbal yang diberikan oleh konselor, yang merupakan perwujudan konkret dari maksud; pikiran, dan perasaan yang terbentuk dalam batin konselor (tanggapan batin) untuk membantu konseli pada saat tertentu.
ungkapan konselor yang berupa tanggapan verbal dengan maksud membantu konseli dapat berupa satu atau lebih  teknik yang verbal, tergantung dari intensi konselor,misalnya hanya menunjukkan penerimaan saja (satu teknik) atau menunjukkan penerimaan dan memantulakn perasaan konseli (dua teknik) atau memantulkan pikiran dan memberikan informasi serta menanyakan hal tertentu (tiga teknik).
Berikut daftar yang ditampilkan di bawah ini tidak bersifat mutlak dan barangkali dapat dianggap tidak lengkap pula. Daftar ini disusun mengingat urutan fase yang umumnya terdapat dalam proses konseling, yaitu : fase pembukaan; fase konseli mengemukakan masalahnya; fase konselor bersama konseli menggali latar belakang masalah dan berusaha memperoleh gambaran yang lengkap serta cukup mendalam; fase memikirkna bersama bentuk penyelesaian masalah yang paling tepat, dengan membuat pilihan di anatara beberapa alternatif atau meninjau kembali sikap dan pandangan demi penyesuaian diri yang  lebih baik; fase penutup. teknik verbal pada urutan A s/d I  mengandung pengarahan sedikit dan lebih sesuai dengan metode non direktif, sedangkan nomor J s/d U mengandung pengarahan banyak dan lebih sesuai dengan metode direktif
A. Ajakan untuk Mulai (Invitation to Talk)
pada  akhir  fase pembukaan konselor mempersilahkan konseli untuk mulai menjelaskna maslaah yang ingin dibicarakan. konselor dapat berkata " Saya dapat membantu anda dalam hal apa?"
B. Penerimaan/ Menunjukkan Pengertian ( Acceptance, Understanding)
konselor menyatakan pengertiannya dan/ atau penerimaannya terhadap hal yang terungkapkan, misalnya : "saya mengerti" ; atau dengan bergumam "hm,hm..".
C. Perumusan Kembali Pikiran-Gagasan/ Refleksi Pikiran (reflection of content).
D. Perumusan Kembali perasaan/ refleksi perasaan (reflection of Feelings)
E. Penjelasan Pikiran-Gagasan / Klarifikasi Pikiran ( Clarification of Content)
F. Penjelasan Perasaan / Klarifikasi Perasaan ( Clarification of feelings)
G.  Permintaan untuk Melanjutkan (General Lead)
H.  Pengulangan Satu-Dua Kata ( Accent)
I. Ringkasan / Rangkuman ( Summary)
J. Pertanyaan Mengenai Hal Tertentu (Questioning / Probing)
K. Pemberian Umpan Balik  (Feedback)
L. Pemberian Informasi (Information Giving)
M. Penyajian Alternatif (Forking Response)
N.
Penyelidikan (Investigation)
O. Pmeberian Struktur (structuring)
P. Interpretasi (Interpretation)
Q. Konfrontasi (Confrontation)
R. Diagnosis (Diagnosis)
S. Dukungan / Bimbingan (Reassurance/ Support)
T. Usul / Saran ( Suggestion, Advice)
U. Penolakan ( Criticism, Negative Evaluation)

2. Teknik Konseling Non Verbal, dalam arti sempit perilaku non verbal menunjuk kepada reaksi atau tanggapan yang dibedakan dari berbahasa dengan memakai kata-kata, misalnya ekspresi wajah, gerakan lengan dan tangan, isyarat dan pandangan mata, sikap badan, anggukan skepala, disamping itu juga menunjuk pada gejala-gejala vokal yang menyertai ucapan kata-kata, seperti kecepatan berbicara, lamanya berbicara, volume suara, intonasi dan nada berbicara. 
termasuk juga dalam arti luas berbagai cara membawa diri dan menampilkan diri, seperti berjalan, duduk, cara berpakaian, cara menata rambut, penggunaan kosmetika dan perhiasan, menyentuh sinkronisasi antara bicara dan bergerak, hiasan-hiasan di ruang dan lain-lain.





Thursday, October 13, 2011

tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Konselor SMA

Tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh seorang konselor sekolah di Jenjang pendidikan menengah :
  • a.      Diri konselor sendiri. Banyak tamatan program studi Bimbingan dan Konseling pada Strata 1 masih berumur muda. Kepribadian belum terbentuk sepenuhnya sehingga konselor menjadi ragu dalam mendekati siswa, kurang berwibawa, dan kurang mendapatkan kepercayaan dari guru-guru yang berpengalaman. Meskipun sudah mendapatkan pentunjuk dalam merencanakan serta mengelola suatu program, namun tidak sedikit mereka yang agak kebingungan setelah terjun ke lapangan.  Oleh karena itu bagi konselor muda yang tidak didampingi oleh konselor lain yang sudah berpengalaman, penerjenunan pertama di lapangan pada umumnya menuntut sikap tabah hati, lebih-lebih bagi konselor yang dalam sendiri kurang dihadapkan pada tantangan.
  •       Pimpinan Sekolah. Umumnya jajaran kepala sekolah menunjukkan sikap positif terhadap bimbingan dan konseling, tetapi belum tentu mereka mengerti hakikat dari pelayanan bimbingan.  Meskipun hadirnya tenaga bimbingan dan konseling  sudah bukan barang serba baru, namun rangkaian keyakinan dasar yang melandasi pelayanan beimbingan mungkin belum terintegrasi dalam pandangan pimpinan sekolah tentang pendidikan formal dewasa ini.  Tantangan konselor adalah mengkomunikasikan kepada pimpinan sekolah landasan keyakinan dasar itu, bukan melalui uraian teoritis, melainkan melalui pelayanan yang memuaskan kepada siswa.  Hal lain yang dikeluhkan oleh tenaga konseling adalah perlakuan administrative yang kurang memadai dan jumlah balas jasa yang terlalu sedikit.
Untuk membantu pimpinan sekolah dan konselor sekolah dapat membina suasana kerja  sama yang baik. Dalam SK Bersama Meteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 04431/P/1993 dan No.25/1993, diharapakan pada setiap sekolah ada petugas yang melaksanakan pelayanan bimbingan, dengan rasio satu orang konselor untuk 150 siswa.  Kedua,mengingat kekhususan bentuk tugas dan tanggung jawab konselor sebagai profesi yang berbeda dengan tugas tenaga pengajar, maka beban tugaskerja ditetapkan 36 jam/minggu. Ketiga sarana dan prasaran yang patut disediakan meliputi suatu bagian/unit tersendiri yang memuat beberapa ruang; anggaran biaya untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan kegiatan pendukung. Keempat, ditegaskan perlunya kerja sama antara konsleor sekolah dengan tenaga pendidik lainnya di sekolah dan dengan pihak diluar sekolah seperti organisasi profesi orangtua dasn ahli lain sewaktu-waktu diminta bantuannya.  Agar pelayanan bimbingang terlaksana secara tepat, diperlukan supervise  terhadap konsleor sekolah sebagaimana juga berlangsung terhadapa pendidik lainnya. Supervise ini dipegang oleh tenaga professional yang terhitung pada staf setiap kantor wilayah.
  •    Staf Guru.  Keritik negative yang dilontarkan kepada konselor sekolah harus ditimbang dahulu,sampai berapa jauh. Mungkin kritik ada benarnya dan bertujuan baik; kritik itu berasal dari rasa iri karena konselor berijazah lebih tinggi, tidak ikut memikul beban mengajar, dan mempunyai ruang kerja sendiri, konselor bersikap sombong,konselor jarang berada di ruangan guru, karena masalah peserta didik sudah dapat ditangani oleh wali kelas; konselor sendiri tidak konsekuen dalam melaksankan sendiri apa yang dinasihatkan kepada siswa. Maka, konselor harus merefleksi diri samapi berapa jauh dia memang bersalah dan kemudian membenahi diri. Bila banyak tuduhan itu dinilai tidak beralasan, konselor harus mengesampingkannya dan berjalan terus tanpa menjadi kecil hati.
  •       Para Siswa. Dalam kalangan siswa tanggapan bervariasi, dari positif sampai sikap kurang peduli, bahkan jelas-jelas menolak. Berbagai hambatan yang dihadapi oelh konselor sekolah adalah; siswa tidak memahami hakikat pelayanan bimbingan; siswa memandang konselor sebagai satpam sekolah; siswa enggan mengahadapi konselor, karena mengira akan dimarahi, siswa belum menghayati bimbingan karir sebagai kebutuhan dan mengisi waktunya dengan kegiatan lain yang lebih disengangi; siswa takut mengahadapi konselor karena khawatir akan kena sindiran teman sudah berpenyakit stress, siswa kurang percaya konselor dapat menangani hal-hal yang pribadi; siswa tidak menghendaki orangtuanya mengetahui masalahnya, padahal orang tua sebenarya dapat sangat menolong siswa.
  • Siswa juga memiliki harapan terhadap konselor sekolah : supaya menyimpan teguh rahasia pembicaraan pribadi,  supaya menunjukkan sikap kebapaan dan keibuan; supaya didalam penampilannya menarik dan tidak bergaya yang aneh-aneh, bersikap ramah dan suka bersahabt dengan siswa, rela mendampingi kegiatan siswa, dalam situasi tertentu dapat dengan tegas memberikan keputusan,bagaimana cara yang tepat dalam mendekati siswa.
  •   Orangtua. Banyak orangtua senang dengan kehadiran konsleor di sekolah, yang dapat membantu anaknya menjadi lebih dewasa dan menjadi seorang mediator antara harapan orangutan dengan harapan anaknya.  Orangtua yang bertaraf berpendidikan tinggi dan mengikuti perkembangan pendidikan di zaman sekarang  ini, bagi mereka berkonsultasi sendiri tentang keadaan anak dan keadaan keluarga tidak dianggao sebgai hal yang memalukan serta membuat harga diri mereka berkurang.  Dan hal tersebut merupakan tantangan bagi konselor,karena pelayanan yang baik akan meninggalakn kesan yang positif. Tetapi  terdapat pula orang tua yang memarahi anaknya bila mereka mengetahui, bahwa anak mereka membicarakan tentang keadaan orang tua mereka. Harapan yang tidak realistis dan sikap negative di pihak orangtua menuntut pemikiran yang kreatif dan kebijaksanaandari konselor sekolah,bagaimana sikap dan tindakannya terhadap mereka.
  •         Suasana di sekolah dan keadaan dunia pendidikan. Suasana sekolah yang kurang disiplin, kebiasaan siswa untuk menyontek dan mencari aneka lubang untuk menutup kesalahannya, pasti akan mempersulit pkerjaan konselor sekolah. Problematic yang sering melanda dunia pendidikan di Indonesia juga menimbulakn kesulitan bagi konselor, misalnya perubahan kurikulum yang terlalu sering, bagaimana seleksi UMPTN di tahun yang akan datang? Konselor sering-sering terpaksa memberikan jawaban yang kurang pasti kepada siswa yang bertanya tentang hal-hal itu. siswa lalu merasa kecewa karena konselor diandaikan tahu semuanya.
  •  Berwawasan Luas, berfikir kreatif dan bertindak cepat. Sebagaimana dijelaskan di lain tempat, pelayanan bimbingan tidak hanya ditujukan pada siswa yang bermasalah, tetapi diberikan kepada seluruh populasi siswa.  Pelayanan juga tidak secara tatap muka dengan siswa dan juga tidak semata-mata harus dilaksakan di ruangan kelas. Dengan melibatkan diri dalam kegiatan OSIS dan kegiatan ekstrakukurel koselor mendapat peluang untuk berjumpa dengan siswa. Dengan demikian akan terasa jelas bahwa pelayanan bimbingan tidak hanya dimaksudkan untuk mereka yang bermasalah.
  •       Berpendirian teguh tentang jabatannya sebagai profesi. Masi ditemukan perbedaan pandangan tentang jabatan “konselor sekolah” sebagai jabatan professional seperti dokter, hakim, pengacara dan notaries. Memang dapat dikemukakan sejumlah argument yang mendukung padangan terhadap jabatan “konselor sekolah” sebagai profesi anatara lain pengakuan terhadap guru pembimbing dalam system pendidikan nasional, pelayanan bimbingan konsleing bersifat ilmiah dan menuntut persiapan prajabatan melalui studi akademik di perguruan tinggi, tersedianya kode etik Jabatan Petugas Bimbingan Indonesia. seorang guru pembimbing yang bertugas pokok di bidang pelayanan bimbingan, memiliki ijazah minimal S1 dalam program studi program studi Bimbingan dan Konseling, serta menekuni jabatan sebagai bidang pekerjaan “full time” dapat dipandang sebagi tenaga professional di bidang bimbingan  dan konsleing atau berfrofesi sebagai konselor.

Sunday, October 2, 2011

rubrik penilaian presentasi


buat,teman-teman yg gak punya rubrik silahkan download aja.... ^^
http://www.ziddu.com/download/16616636/rubrikpenilaiankeaktifanmhsterbaru.xlsx.html

Saturday, September 24, 2011

new comer (08-044)

 (hello......HELLO....)

ini pertama sekali saya buat blog.. karena mengingat saya orang yang kurang suka menceritakan sesuatu hal  melalui tulisan....
semoga blog ini membantu saya agar lebih mengenal cara tulis-menulis dan menambah nilai di mata kuliah Bimbingan dan Konseling Sekolah....^^