a

Wednesday, October 26, 2011

TEKNIK-TEKNIK KONSELING

1. Teknik Konseling Verbal, merupakan suatu tanggapan verbal yang diberikan oleh konselor, yang merupakan perwujudan konkret dari maksud; pikiran, dan perasaan yang terbentuk dalam batin konselor (tanggapan batin) untuk membantu konseli pada saat tertentu.
ungkapan konselor yang berupa tanggapan verbal dengan maksud membantu konseli dapat berupa satu atau lebih  teknik yang verbal, tergantung dari intensi konselor,misalnya hanya menunjukkan penerimaan saja (satu teknik) atau menunjukkan penerimaan dan memantulakn perasaan konseli (dua teknik) atau memantulkan pikiran dan memberikan informasi serta menanyakan hal tertentu (tiga teknik).
Berikut daftar yang ditampilkan di bawah ini tidak bersifat mutlak dan barangkali dapat dianggap tidak lengkap pula. Daftar ini disusun mengingat urutan fase yang umumnya terdapat dalam proses konseling, yaitu : fase pembukaan; fase konseli mengemukakan masalahnya; fase konselor bersama konseli menggali latar belakang masalah dan berusaha memperoleh gambaran yang lengkap serta cukup mendalam; fase memikirkna bersama bentuk penyelesaian masalah yang paling tepat, dengan membuat pilihan di anatara beberapa alternatif atau meninjau kembali sikap dan pandangan demi penyesuaian diri yang  lebih baik; fase penutup. teknik verbal pada urutan A s/d I  mengandung pengarahan sedikit dan lebih sesuai dengan metode non direktif, sedangkan nomor J s/d U mengandung pengarahan banyak dan lebih sesuai dengan metode direktif
A. Ajakan untuk Mulai (Invitation to Talk)
pada  akhir  fase pembukaan konselor mempersilahkan konseli untuk mulai menjelaskna maslaah yang ingin dibicarakan. konselor dapat berkata " Saya dapat membantu anda dalam hal apa?"
B. Penerimaan/ Menunjukkan Pengertian ( Acceptance, Understanding)
konselor menyatakan pengertiannya dan/ atau penerimaannya terhadap hal yang terungkapkan, misalnya : "saya mengerti" ; atau dengan bergumam "hm,hm..".
C. Perumusan Kembali Pikiran-Gagasan/ Refleksi Pikiran (reflection of content).
D. Perumusan Kembali perasaan/ refleksi perasaan (reflection of Feelings)
E. Penjelasan Pikiran-Gagasan / Klarifikasi Pikiran ( Clarification of Content)
F. Penjelasan Perasaan / Klarifikasi Perasaan ( Clarification of feelings)
G.  Permintaan untuk Melanjutkan (General Lead)
H.  Pengulangan Satu-Dua Kata ( Accent)
I. Ringkasan / Rangkuman ( Summary)
J. Pertanyaan Mengenai Hal Tertentu (Questioning / Probing)
K. Pemberian Umpan Balik  (Feedback)
L. Pemberian Informasi (Information Giving)
M. Penyajian Alternatif (Forking Response)
N.
Penyelidikan (Investigation)
O. Pmeberian Struktur (structuring)
P. Interpretasi (Interpretation)
Q. Konfrontasi (Confrontation)
R. Diagnosis (Diagnosis)
S. Dukungan / Bimbingan (Reassurance/ Support)
T. Usul / Saran ( Suggestion, Advice)
U. Penolakan ( Criticism, Negative Evaluation)

2. Teknik Konseling Non Verbal, dalam arti sempit perilaku non verbal menunjuk kepada reaksi atau tanggapan yang dibedakan dari berbahasa dengan memakai kata-kata, misalnya ekspresi wajah, gerakan lengan dan tangan, isyarat dan pandangan mata, sikap badan, anggukan skepala, disamping itu juga menunjuk pada gejala-gejala vokal yang menyertai ucapan kata-kata, seperti kecepatan berbicara, lamanya berbicara, volume suara, intonasi dan nada berbicara. 
termasuk juga dalam arti luas berbagai cara membawa diri dan menampilkan diri, seperti berjalan, duduk, cara berpakaian, cara menata rambut, penggunaan kosmetika dan perhiasan, menyentuh sinkronisasi antara bicara dan bergerak, hiasan-hiasan di ruang dan lain-lain.





Thursday, October 13, 2011

tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Konselor SMA

Tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh seorang konselor sekolah di Jenjang pendidikan menengah :
  • a.      Diri konselor sendiri. Banyak tamatan program studi Bimbingan dan Konseling pada Strata 1 masih berumur muda. Kepribadian belum terbentuk sepenuhnya sehingga konselor menjadi ragu dalam mendekati siswa, kurang berwibawa, dan kurang mendapatkan kepercayaan dari guru-guru yang berpengalaman. Meskipun sudah mendapatkan pentunjuk dalam merencanakan serta mengelola suatu program, namun tidak sedikit mereka yang agak kebingungan setelah terjun ke lapangan.  Oleh karena itu bagi konselor muda yang tidak didampingi oleh konselor lain yang sudah berpengalaman, penerjenunan pertama di lapangan pada umumnya menuntut sikap tabah hati, lebih-lebih bagi konselor yang dalam sendiri kurang dihadapkan pada tantangan.
  •       Pimpinan Sekolah. Umumnya jajaran kepala sekolah menunjukkan sikap positif terhadap bimbingan dan konseling, tetapi belum tentu mereka mengerti hakikat dari pelayanan bimbingan.  Meskipun hadirnya tenaga bimbingan dan konseling  sudah bukan barang serba baru, namun rangkaian keyakinan dasar yang melandasi pelayanan beimbingan mungkin belum terintegrasi dalam pandangan pimpinan sekolah tentang pendidikan formal dewasa ini.  Tantangan konselor adalah mengkomunikasikan kepada pimpinan sekolah landasan keyakinan dasar itu, bukan melalui uraian teoritis, melainkan melalui pelayanan yang memuaskan kepada siswa.  Hal lain yang dikeluhkan oleh tenaga konseling adalah perlakuan administrative yang kurang memadai dan jumlah balas jasa yang terlalu sedikit.
Untuk membantu pimpinan sekolah dan konselor sekolah dapat membina suasana kerja  sama yang baik. Dalam SK Bersama Meteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 04431/P/1993 dan No.25/1993, diharapakan pada setiap sekolah ada petugas yang melaksanakan pelayanan bimbingan, dengan rasio satu orang konselor untuk 150 siswa.  Kedua,mengingat kekhususan bentuk tugas dan tanggung jawab konselor sebagai profesi yang berbeda dengan tugas tenaga pengajar, maka beban tugaskerja ditetapkan 36 jam/minggu. Ketiga sarana dan prasaran yang patut disediakan meliputi suatu bagian/unit tersendiri yang memuat beberapa ruang; anggaran biaya untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan kegiatan pendukung. Keempat, ditegaskan perlunya kerja sama antara konsleor sekolah dengan tenaga pendidik lainnya di sekolah dan dengan pihak diluar sekolah seperti organisasi profesi orangtua dasn ahli lain sewaktu-waktu diminta bantuannya.  Agar pelayanan bimbingang terlaksana secara tepat, diperlukan supervise  terhadap konsleor sekolah sebagaimana juga berlangsung terhadapa pendidik lainnya. Supervise ini dipegang oleh tenaga professional yang terhitung pada staf setiap kantor wilayah.
  •    Staf Guru.  Keritik negative yang dilontarkan kepada konselor sekolah harus ditimbang dahulu,sampai berapa jauh. Mungkin kritik ada benarnya dan bertujuan baik; kritik itu berasal dari rasa iri karena konselor berijazah lebih tinggi, tidak ikut memikul beban mengajar, dan mempunyai ruang kerja sendiri, konselor bersikap sombong,konselor jarang berada di ruangan guru, karena masalah peserta didik sudah dapat ditangani oleh wali kelas; konselor sendiri tidak konsekuen dalam melaksankan sendiri apa yang dinasihatkan kepada siswa. Maka, konselor harus merefleksi diri samapi berapa jauh dia memang bersalah dan kemudian membenahi diri. Bila banyak tuduhan itu dinilai tidak beralasan, konselor harus mengesampingkannya dan berjalan terus tanpa menjadi kecil hati.
  •       Para Siswa. Dalam kalangan siswa tanggapan bervariasi, dari positif sampai sikap kurang peduli, bahkan jelas-jelas menolak. Berbagai hambatan yang dihadapi oelh konselor sekolah adalah; siswa tidak memahami hakikat pelayanan bimbingan; siswa memandang konselor sebagai satpam sekolah; siswa enggan mengahadapi konselor, karena mengira akan dimarahi, siswa belum menghayati bimbingan karir sebagai kebutuhan dan mengisi waktunya dengan kegiatan lain yang lebih disengangi; siswa takut mengahadapi konselor karena khawatir akan kena sindiran teman sudah berpenyakit stress, siswa kurang percaya konselor dapat menangani hal-hal yang pribadi; siswa tidak menghendaki orangtuanya mengetahui masalahnya, padahal orang tua sebenarya dapat sangat menolong siswa.
  • Siswa juga memiliki harapan terhadap konselor sekolah : supaya menyimpan teguh rahasia pembicaraan pribadi,  supaya menunjukkan sikap kebapaan dan keibuan; supaya didalam penampilannya menarik dan tidak bergaya yang aneh-aneh, bersikap ramah dan suka bersahabt dengan siswa, rela mendampingi kegiatan siswa, dalam situasi tertentu dapat dengan tegas memberikan keputusan,bagaimana cara yang tepat dalam mendekati siswa.
  •   Orangtua. Banyak orangtua senang dengan kehadiran konsleor di sekolah, yang dapat membantu anaknya menjadi lebih dewasa dan menjadi seorang mediator antara harapan orangutan dengan harapan anaknya.  Orangtua yang bertaraf berpendidikan tinggi dan mengikuti perkembangan pendidikan di zaman sekarang  ini, bagi mereka berkonsultasi sendiri tentang keadaan anak dan keadaan keluarga tidak dianggao sebgai hal yang memalukan serta membuat harga diri mereka berkurang.  Dan hal tersebut merupakan tantangan bagi konselor,karena pelayanan yang baik akan meninggalakn kesan yang positif. Tetapi  terdapat pula orang tua yang memarahi anaknya bila mereka mengetahui, bahwa anak mereka membicarakan tentang keadaan orang tua mereka. Harapan yang tidak realistis dan sikap negative di pihak orangtua menuntut pemikiran yang kreatif dan kebijaksanaandari konselor sekolah,bagaimana sikap dan tindakannya terhadap mereka.
  •         Suasana di sekolah dan keadaan dunia pendidikan. Suasana sekolah yang kurang disiplin, kebiasaan siswa untuk menyontek dan mencari aneka lubang untuk menutup kesalahannya, pasti akan mempersulit pkerjaan konselor sekolah. Problematic yang sering melanda dunia pendidikan di Indonesia juga menimbulakn kesulitan bagi konselor, misalnya perubahan kurikulum yang terlalu sering, bagaimana seleksi UMPTN di tahun yang akan datang? Konselor sering-sering terpaksa memberikan jawaban yang kurang pasti kepada siswa yang bertanya tentang hal-hal itu. siswa lalu merasa kecewa karena konselor diandaikan tahu semuanya.
  •  Berwawasan Luas, berfikir kreatif dan bertindak cepat. Sebagaimana dijelaskan di lain tempat, pelayanan bimbingan tidak hanya ditujukan pada siswa yang bermasalah, tetapi diberikan kepada seluruh populasi siswa.  Pelayanan juga tidak secara tatap muka dengan siswa dan juga tidak semata-mata harus dilaksakan di ruangan kelas. Dengan melibatkan diri dalam kegiatan OSIS dan kegiatan ekstrakukurel koselor mendapat peluang untuk berjumpa dengan siswa. Dengan demikian akan terasa jelas bahwa pelayanan bimbingan tidak hanya dimaksudkan untuk mereka yang bermasalah.
  •       Berpendirian teguh tentang jabatannya sebagai profesi. Masi ditemukan perbedaan pandangan tentang jabatan “konselor sekolah” sebagai jabatan professional seperti dokter, hakim, pengacara dan notaries. Memang dapat dikemukakan sejumlah argument yang mendukung padangan terhadap jabatan “konselor sekolah” sebagai profesi anatara lain pengakuan terhadap guru pembimbing dalam system pendidikan nasional, pelayanan bimbingan konsleing bersifat ilmiah dan menuntut persiapan prajabatan melalui studi akademik di perguruan tinggi, tersedianya kode etik Jabatan Petugas Bimbingan Indonesia. seorang guru pembimbing yang bertugas pokok di bidang pelayanan bimbingan, memiliki ijazah minimal S1 dalam program studi program studi Bimbingan dan Konseling, serta menekuni jabatan sebagai bidang pekerjaan “full time” dapat dipandang sebagi tenaga professional di bidang bimbingan  dan konsleing atau berfrofesi sebagai konselor.

Sunday, October 2, 2011

rubrik penilaian presentasi


buat,teman-teman yg gak punya rubrik silahkan download aja.... ^^
http://www.ziddu.com/download/16616636/rubrikpenilaiankeaktifanmhsterbaru.xlsx.html