a

Saturday, January 21, 2012

teori - teori bimbingan dan konseling con't

4. Konseling EklektikKonseling 
(Eclectic Counseling) mulai dikembangkan sejak tahun 1940-an oleh FrederickThorne yang merupakan promotor utama dari corak konseling ini. Corak konseling ini menunjukkan suatusistematika dalam konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari beberapa konsepsi serta pendekatan. Dengankata lain, konseling eklektik merupakan pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai sistem metode,teori atau doktrin yang dimaksudkan untuk memahami dan bagaimana menerapkannya dalam situasi yang tepat dalam rangka membantu konseli menyelesaikan masalahnya. Hal ini mendasarkan pada pandangan bahwa semua teori konseling yang ada pastilah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.Atau terkadang konselor merasakan adanya pembatasan apabila hanya menggunakan satu teori atau pendekatan saja dalam proses konseling.Sebuah teori itu memiliki keterbatasan konsep, prosedur dan teknik, serta kelebihan dan kelemahan. Karena itu pendekatan konseling eklektikmempelajari teori dan menerapkannya sesuai dengan keadaan riil konseli.
Berkaitan dengan pendekatan eklektik ini, Winkel (1997) mengusulkan suatu pola pendekatan yang lebih memungkinkan untuk diterapkan di institusi pendidikan. Pola tersebut adalah pola yang memungkinkan konselor melayani suatu kasus yang penyelesaiannya terutama terdiri atas pilihan di antarabeberapa alternatif (a choice case). Dalam pola ini, konselor melaksanakan wawancara konseling untukmembuat suatu pilihan (Decision Making Interview). Dalam pola ini, langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membantu konseli adalah peninjauan pro dan kontra dari alternatif oleh konseli, kemudian dinilaidari sudut pandang “Bisa dipilih?; mungkin untuk dipilih?” (Possible?), selanjutnya “Ingin dipilih?”(Desirable?), dan yang terakhir adalah “Kalau dipilih, akan membawa hasil yang diharapkan?” (Feasible).
Pola yang kedua adalah pola yang memungkinkan konselor melayani suatu kasus yangpenyelesaiannya terutama menuntut perubahan sikap serta tindakan penyesuaian diri terhadap situasikehidupan yang tidak dapat diubah dan harus diterima seadanya (a change case). Dalam pola ini, konselormelaksanakan wawancara konseling untuk penyesuaian diri (Interview for Adjustment). Untuk kasus ini,konselor membantu konseli untuk meninjau kembali sikap dan pandangannya sampai sekarang sertamemikirkan sikap dan tindakan yang lebih baik.

teori - teori bimbingan dan konseling

1. Trait Factor Theory 
Pendiri teori : Edmund Griffith (E.G.)
Teori ini juga menekankan pada pemahaman diri melalui test psikologis dan menerapkan pemahaman tersebut untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh konseli, terutama yang berkaitan dengan pilihan program studi atau bidang pekerjaan. Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Ciri-ciri ini dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah (Winkel, 1997:388). Ciri-ciri inilah yang akhirnya disebut sebagai factors.Teori ini bertujuan untuk membantu konseli dalam membuat keputusan atas alternatif pilihanyang berkaitan dengan pekerjaan/jabatan yang diinginkan. Implikasinya dalam dunia pendidikan adalah membantu siswa dalam membuat keputusan atas pilihan jurusan atau program studi yang diharapkan dan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Jadi, teori ini bertujuan untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi konseli yang termasuk dalam ragam bimbingan karier (Winkel dan SriHastuti, 2004:438-439).Teori ini merupakan directive counseling atau Counselor-Centered Counseling, dimana konselorsecara sadar mengadakan strukturalisasi dalam proses konseling dan berusaha mempengaruhi arah perkembangan konseli demi kebaikan konseli tersebut.

2. Konseling Behavioristik (Behavioristic Counseling)
 Pendekatan ini menitikberatkan pada perubahan nyata dalam perilaku konseli sebagai hasil darikonseling. Pendekatan ini juga menekankan bahwa hubungan antarpribadi tidak dapat diteliti secara ilmiah, sedangkan perubahan nyata dalam perilaku konseli memungkinkan dilakukan penelitian ilmiah.Pendekatan ini merupakan kebalikan dari pendekatan yang memandang hubungan antarpribadi antarakonselor dan konseli sebagai komponen utama dan mutlak serta sekaligus cukup untuk memberikanbantuan psikologis kepada seseorang. Keyakinan dasar yang dipegang dalam pendekatan ini adalah bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari suatu proses belajar, maka dapat diubah dengan belajar baru(Winkel dan Sri Hastuti, 2004).Maka, konseling behavioristik memiliki ciri-ciri, antara lain (Latipun, 2001:113): 
a.Berfokus pada perilaku yang tampak atau nyata
 b.Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik/konseling
 c.Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah konseli
d.Penafsiran objektif atas tujuan terapeutik/konseling.
Jadi berdasarkan penjelasan di atas, dalam konseling behavioristik perumusan tujuan secara spesifik lebih penting dibandingkan dengan proses hubungan konseling. Hal ini dikarenakan masalah dansituasi yang dihadapi oleh masing-masing konseli berbeda-beda, sehingga tujuan yang hendak dicapai masing-masing pribadi juga berbeda sesuai dengan masalah dan kondisi yang dihadapi oleh konselitersebut. Tujuan konseling behavioristik sendiri adalah membantu konseli untuk mengubah perilaku salahsuai atau perilaku maladaptif dengan cara mempertahankan dan memperkuat perilaku yang diharapkan,meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat.
3. Rational-Emotive Therapy (RET)
Pelopor dan peletak dasar konseling ini adalah Albert Ellis.
RET merupakan sebuah terapi atau corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan akal sehat (rational thinking), berperasaan(emoting), dan berperilaku (acting), serta sekaligus menekankan bahwa perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku (Winkel,1997, 144). Menurut Ellis (1994) perilaku seseorang khususnya yang berkaitan dengan emosi, bukan disebabkan secara langsung oleh peristiwa yang dialaminya, melainkan karena cara berpikir atau sistemkepercayaan seseorang (rasional atau irrasional) . Jadi tujuan dari RET adalah untukmemperbaiki dan mengubah sikap, cara berpikir, persepsi, keyakinan serta pandangan konseli yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan dirinya dan mencapai realisasi diri yang
optimal.
RET dalam teori-teori konseling dan psikoterapi dikelompokkan sebagai terapi kognitif-behavior,karena terapi ini berasal dari aliran pendekatan kognitif-behavioristik. Maka, RET juga sering disebut jugadengan nama lain seperti Rational Therapy, Rational Emotive Behavior Therapy, Cognitif BehaviorTherapy, Semantic Therapy, dan Rational Behavior Training.Menurut Ellis (1994) ada tiga hal terkait dengan perilaku yang juga menjadi konsep dasar RET atau   yang sering disebut sebagai konsep A-B-C, yaitu activating event atau activating experience (A) yang  merupakan peristiwa atau pengalaman tertentu yang menjadi pendahulu berupa fakta, peristiwa, atau sikap orang lain. Belief (B) yakni keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu  peristiwa atau pengalaman. Keyakinan manusia pada dasarnya ada dua yaitu keyakinan yang rasional ataumasuk akal (rational belief/rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief/iB). Consequence (C)merupakan konsekuensi sebagai akibat atau reaksi individu dalam hubungannya dengan A. Jadi, Cpertamakali ditimbulkan oleh B, baik rB ataupun iB terhadap A.Dalam memberikan pelayanan kepada konseli dengan pendekatan ini, konselor hendaknyaberpegang pada konsep dasar di atas dengan menambahkan unsur D (dispute) dan E (Effects). Dispute  merupakan usaha yang dilakukan oleh konselor dalam membantu konseli untuk mengubah pikirannya yang irrasional dengan cara mendiskusikan secara terbuka dan terus terang dengan konseli. Effects adalah hasil-hasil yang diperoleh dari proses diskusi bersama konseli, hasil tersebut (seharusnya/harapannya) berupa pikiran yang lebih rasional dan perasaan yang lebih wajar serta perilaku yang lebih tepat dan sesuai.

Friday, January 20, 2012

Virus Hepatitis Jauh Lebih Menular Ketimbang HIV

sekarang kita masih beranggapan, bahwa penyakit yang berbahaya itu AIDS, dan tidak menyadari bahwa penyakit Hepatitis juga tidak kalah berbahayanya dari AIDS, kenapa?
pertama-tama kita kenali dahulu apa itu hepatitis?
Hepatitis adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi, keracunan, atau suatu penyakit bawaan. Hepatitis dalam istilah awam dikenal dengan sakit lever, sakit kuning atau jaundice.
Pada umumnya hepatitis disebabkan oleh: virus, bakteri, amuba, dan keracunan, tetapi yang paling sering adalah disebabkan oleh virus. Hepatitis virus yang paling banyak dijumpai  adalah hepatitis virus A dan B, sedang hepatitis virus C, D, E dan lain-lain jarang dijumpai. Hepatitis virus oleh karena virus hepatitis B disebut sebagai hepatitis B   Hepatitis A, B, dan C  dan bagaimana cara penularan mereka? :
Gejala awal ditandai dengan : demam, nyeri kepala, sakit perut kanan atas, tidak mau makan, muntah dan kadang-kadang disertai tanda dehidrasi akibat muntah yang hebat. Beberapa hari kemudian timbul gejala buang air warna kuning gelap, diikuti dengan mata tampak kuning, kulit kuning. Pada saat ini gejala awal berkurang. Sebagian kecil kasus dapat disertai dengan gejala kuning, dimana hal ini sangat sulit untuk ditentukan diagnosa dari penyakit tersebut. Setelah beberapa minggu gejala membaik dan pada umumnya sembuh total dalam waktu 6-8 minggu. Hepatitis A menyebar melalui kontak fecal-oral,  yang bisa terjadi jika ada kontak langsung mulut dengan anus atau kontak dengan jari atau obyek yang berada di atau dekat anus dari seseorang yang terinfeksi. Bahkan jika feses dalam jumlah sangat kecil yang mengandung virus terkontak dengan mulut, infeksi tetap bisa terjadi.

Hepatitis B menyebar melalui darah, semen (mani), cairan vagina dan cairan tubuh lainnya dari seseorang yang terinfeksi virus tersebut. Virus hepatitis B 50-100 kali lebih menular dibandingkan HIV, sebuah virus penyebab AIDS, dan mudah ditularkan melalui hubungan seksual.

Hepatitis C disebarkan melalui kontak dengan darah seseorang yang terinfeksi, yang terjadi  kemungkinan karena luka di area genital atau haid.
Virus hepatitis umum berjangkit pada orang yang berasal dari daerah endemik penyakit, termasuk  Asia, Sub-Sahara Afrika, Eropa Timur dan Timur Tengah. Infeksi juga umum terjadi pada mereka yang menggunakan obat suntik atau hirup. Orang-orang yang memiliki tato atau tindik juga lebih mudah terinfeksi virus hepatitis sebab jarum yang digunakan untuk mendekorasi tubuh kadang-kadang terkontaminasi virus ini.
 

Permen dan Cokelat Bikin Gemuk? Belum Tentu

Permen dan cokelat bikin gemuk? Belum tentu. Malah mereka yang hobi mengasup si manis itu punya lingkar pinggang lebih kecil. Tapi dengan catatan jumlah makanan manis yang diasup dalam porsi kecil.
Berdasarkan hasil studi baru-baru ini, diketahui seseorang yang mengkonsumsi coklat dan permen cenderung memiliki pinggang yang lebih kecil dan indeks masa tubuh (BMI) yang rendah. Bukan hanya itu, mereka yang sering mengasup "si manis" itu juga risikonya terkena hipertensi 14 persen lebih rendah dan bisa mengurangi 15 persen resiko sindrom metabolik.
Carol O’Neil, peneliti dari Lousiana State University Agricultural Center mengungkapkan konsumsi permen dan coklat tidak ada pengaruhnya terhadap berat badan atau penyakit bila dikonsumsi dengan wajar. Dari penelitian yang dilakukannya rata-rata para partisipan studi hanya makan 1,3 ons permen per harinya.
Dalam penelitiannya ia menganalisa data pola makan lebih dari 15.000 orang dewasa di Amerika yang mengikuti survei mengenai pola makan di tahun 1999-2004. Para responden itu ditanya makanan apa yang mereka asup dalam 24 jam terakhir.
Sekitar 20 persen responden menjawab mereka tidak mengonsumsi makanan manis seperti permen atau cokelat sama sekali.
Kemudian para peneliti mengukur berat badan dan lingkar pinggang seluruh responden. Yang menari, mereka yang mengasup makanan manis rata-rata  memiliki BMI lebih rendah dibanding yang tidak makan permen.
"Hal yang perlu diingat adalah, permen sendiri tidak menambah berat badan. Yang membuat badan bertambah gemuk adalah asupan kalori yang berlebihan," kata Heather Mangieri, juru bicara untuk American Dietetic Association.
Kendati demikian, para ahli menilai metode penelitian ini dianggap kurang tepat karena bisa saja para responden lupa mengingat apa saja yang mereka makan dalam 24 jam terahir.
"Para penggemar makanan manis dalam penelitian ini mungkin juga rutin berolahraga sehingga berat badannya lebih rendah," kata Katherine Tallmadge, ahli gizi dari American Dietetic Association.
Akan tetapi untuk mereka yang tak ingin gemuk, ia menyarankan agar kita menjaga pola makan. Kelebihan kalori lebih dari 10 persen setiap hari bisa menyebabkan penumpukan lemak. Kelebihan kalori ini bisa didapat dari junk food, camilan tinggi kalori atau makanan manis.

Testimoni

Tidak berasa satu semester telah berlalu....banyak hal-hal yang terjadi selama semester 7 ini, baik yang menyenangkan maupun yang mengarukan. Terutama di mata kuliah Bimbingan dan Konseling ini,saya diberi kepercayaan untuk menjadi Komting di kelas selama satu semester ini. Banyak pengalaman dan pelajaran yang saya alami. Karena ini pertama kalinya saya menjadi seorang Komting kelas.
Dan  disini saya  banyak mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Bimbingan dan Konseling, yaitu Ibu Dina. Yang sangat bersabar mengajar di mata kuliah ini dan juga banyak mengajarkan saya bagaimana bertanggung jawab terhadap suatu amanah yang diberikan kepada kita.
 Banyak startegi yang saya rasa itu luar biasa ibu buat agar kami tetap fokus pada mata kuliah ini.salah satunya metode Blog,Ini hal baru bagi saya,saya termasuk orang yang jarang suka tulis menulis, tetapi dengan blog ini saya belajar mengungkapkan pikiran dan perasaan saya lewat tulisan dan itu suatu tantangan bagi saya,apakah saya bisa atau tidak. saya juga   menyadari bahwa belajar itu tidak harus selamanya di kelas dan bertemu tatap muka secara langsung. melalui blog ini kita juga dapat belajar sambil juga kita bisa berbagi pengetahuan kepada semua orang. dan itu hal yang luar biasa bagi saya.
saya berharap ibu Dina, selaku dosen pengampuh mata kuliah ini, tidak bosan-bosannya berbagi pengetahuan kepada kami, para mahasiswa yang masih sangat membutuhkan bimbingan dari ibu untuk  menjadi seorang manusia yang lebih sukses kedepannya.

Friday, January 13, 2012

communication Network




  
communication network yang baik dihubungkan antara si pengirim dan penerima secara langsung dan mereka memiliki channels dalam mengubungkannya. seperti via telephone.