a

Wednesday, April 25, 2012

Teknologi dan Pendidikan
I.          Persinggungan Teknologi dan Pendidikan
Dewasa ini pendidikan dan Teknologi tidak dapat dipisahkan. Contoh ynag paling nyata adalah penggunaan computer. Dengan computer kita dapat mengoptimalkan waktu, dan tentunya lebih efisien. Teknologi bukanlah sesuatu yang asing lagi di tengah-tengah masyarakat, terutama dalam mendukung dunia pendidikan. Teknologi merupakan salah satu hasil dan aplikasi pendidikan, sementara pendidikan itu sendiri juga didukung oleh keberadaan teknologi. Hasil dan aplikasi yang dimaksud adalah bahwa pendidikan mampu memerluas pengetahuan seseorang, dan pengetahuan ini memunculkan ide-ide kreatif untuk menciptakan kemudahan demi kemudahan dalam kehidupan melalui teknologi. Contohnya yaitu yaitu seseorang yang berlatar belakang pendidikan yang berhubungan dengan computer mampu menciptakan software terbaru, dimana Software  ini dapat kembali dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran. Contoh softwarenya yaitu SPSS. SPSS ini mampu memberikan kemudahan untuk mempelajari statistika.
II.        Penggunaan Internet dalam Dunia Pendidikan di Indonesia Khususnya Medan
Internet adalah inti dari komunikasi melalui computer. System internet berisi ribuan jaringan computer yang terhubung dengan seluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses oleh semua murid. Internet merupakan salah satu teknologi yang juga sangat dekat dan tidak asing lagi bagi kita. Dalam bidang pendidikan internet biasanya digunakan sebagai sumber tambahan untuk mencari bahan ajar sampai kepada pengerjaan tugas yang kesemuanya dapat diakses dengan menggunakan internet. Bila dibandingkan teori yang ada di dalam buku dengan kehidupan nyata di Medan, penggunaan internet pada umumnya dikenalkan ditingkat SMP, tetapi pemanfaatan ini menurut kelompok kami belum maksimal. Ketidakmasimalan penggunaan internet ini disebabkan oleh pemahaman guru yang masih kurang mengenai penggunaan internet. Berdasarkan teori yang ada seharusnya anak SMP sudah mampu menerapkan penggunaan email dalam pembelajaran dan mengakses situs-situs yang dapat digunakan sebagai tambahan pembelajaran selain pelajaran yang didapat dari  sekolah tetapi pada nyata nya tidak demikian.  Ketidakmasimalan  ini juga disebabkan oleh situs-situs internet yang lebih menarik, seperti banyaknya game-game online dan jejaring social lainnya.  
III.       Sudut Pandang Mahasiswa Psikologi Pendidikan mengenai Ubiquitos Computing
Ubiquitos computing adalah kebalikan dari realitas virtual. Jika realitas virtual menempatkan orang di dalam dunia yang diciptakan oleh computer, ubiquitos computing memaksa computer eksis di dunia manusia. Menurut pandangan kami sebagai mahasiswa, ubiquitos computing ini dapat sangat membantu mahasiswa mengakses segala macam informasi khususnya mengenai pendidikan secara lebih cepat. Misalnya kita tidak perlu lagi harus mengunjungi perpustakaan untuk mencari informasi di waktu yang terdesak, kita dapat langgung menggunakan internet untuk mencari referensi lainnya yang kita butuhkan. Contoh media yang paling dekat dengan kita saat ini adalah handphone yang diengkapai dengan aplikasi internet. Contoh lainnya yaitu perangkat computer baru yang lebih kecil adalah portabel  yang mungkin akan menggantikan computer desktop.

Tuesday, April 10, 2012

TUGAS PSIKOLOGI SEKOLAH

TIM :
SARI AMANDA                (08-112)
RICA AMELIA                 (08-044)
HUSNA.ARITONANG     (08-)46)
 Sekolah merupakan komponen yang sangat berkaitan dengan sistem pendidikan, dimana pendidikan merupakan salah satu ujung tombak kemakmuran bangsa.
Psikologi sekolah adalah salah satu bidang dari beberapa bidang psikologi pendidikan. Tujuan adanya psikologi sekolah adalah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.
1. Kedudukan Psikologi Sekolah  dalam ilmu Psikologi ?
psikologi sekolah memiliki kedudukan yang cukup penting dalam dunia pendidikan, terutama untuk membentuk mind set bagi para anak didik. dan juga membantu anak dalam mengembangkan kemampuan sosial dan akademik anak.
psikologi sekolah, mereka berkewajiban menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang menurutnya dapat mengembangkan potensi sekolahnya, ataupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang telah terbukti keampuhannya menurut hasil penelitian psikologi pendidikan.

2. perbedaan Psikologi Sekolah dengan Psikologi pendidikan
  
bahwa Psikologi Pendidikan adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi pendidikan, yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar.
pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas tiga macam  :
  1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
  2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
  3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
psikologi sekolah adalah salah satu bidang dari beberapa bidang psikologi pendidikan.  Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi
jadi perbedaannya : Psikolog pendidikan adalah orang yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi ke dalam dunia pendidikan. Sedangkan  psikolog sekolah adalah orang yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi pendidikan ke dalam dunia sekolah saja. 

3. fungsi sekolah sebagai agen perubahan
tidak dapat dipungkiri sekolah memberikan kita  pengaruh yang signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat.Sebagai sistem sosial,sekolah memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala aspek, meliputi Pengembangan pribadi.sekolah dapat merekomendasi atau mengubah dan membentuk kembali masyarakat baru.
4. Metode yang digunakan dalam sistem pengajaran Sekolah
 Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. 
1. Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
2.  Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak
3.  Metode Belajar Mengajar ‘Ceramah’
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seseorang guru terhadap kelasnya. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan urainnya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan. Metode ceramah adalah metode mengajar yang sampai saat ini masih mendominasi atau paling banyak di gunakan guru dalam dunia pendidikan.
4.Metode Problem Solving
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.
5.Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
6. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.
a).Kelebihan metode kerja kelompok
Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka
Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para siswa
Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih menggunakan ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah
7.Metode Inquiry
Metode inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya didalam kelompok kemudian dibuat laporan yang tersusun baik dan kemudian didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga diperoleh kesimpulan terakhir.
5.Permasalahan yang terjadi di sekolah dan solusi pemecahan masalahnya



  • Bolos Sekolah: Bolos merupakan permasalahan yang paling sering terjadi di sekolah, mulai dari tidak mengikuti mata pelajaran tertentu sampai tidak datang ke sekolah sama sekali. Tiap sekolah memiliki kebijakannya masing-masing dalam menangani masalah ini, seperti absensi sekolah dan absensi mata pelajaran.
  • NARKOBA: Pergaulan yang salah merupakan penyebab para siswa untuk mau mencoba zat berbahaya ini. Tidak sebatas masalah internal, namun masalah eksternal seringkali menjadi pemicu siswa sehingga bergabung dengan pergaulan yang salah.
  • Tawuran: Permasalah ini seringkali dihadapi oleh siswa SMA, siswa yang melakukan tindakan tawuran ini biasanya ingin dianggap "jagoan" karena telah membela nama sekolahnya.
  • Bullying: Adanya label "senior dan junior" di sekolah menyebabkan prilaku bullying ini terjadi. Senior ingin dihargai oleh junior, namun menggunakan cara yang salah. Tidakan ini bisa berupa perilaku verbal dan nonverbal yang dapat membahayakan korban dan bahkan pelakunya sendiri


solusinyaaaa......



Solusi Permasalahan:

  • Pihak sekolah harus melakukan pemantauan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa-siswinya
  • Sekolah harus menyediakan sarana bimbingan dan konseling yang dapat mengarahkan siswa ketika menghadapi permasalahan
  • Perlu diadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengalihkan energi-energi negatif siswa dan dapat menjalin hubungan yang baik antara senior-junior, seperti ekstrakurikuler.  
    6. Fungsi dan peran psikolog sekolah:
        Berperannya psikolog di sekolah adalah akibat dirasakannya kebutuhan pelayanan psikologis. Pelayanan psikologis di sekolah tidak berbeda dengan pelayanan professional di bidang-bidang lain, kecuali penekanannya adalah pada tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.

    7. Hal-hal yang diberikan dalam layanan psikolog sekolah:
       Sebagian besar waktu psikolog sekolah ini tersita untuk melakukan diagnostik dalam arti luas. Tugas ini termasuk:
    • Pelaksanaan tes
    • Melakukan berbagai wawancara dengan siswa, guru, orangtua dan orang-orang lain yang terlibat dalam pendidikan siswa
    • Observasi siswa di kelas, di tempat bermain, dan pada berbagai kegiatan sekolah yang lain
    • Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa-siswa
      
    8. Perbedaan wilayah kerja antara psikolog pendidikan dan guru BK
    • Psikolog pendidikan: Memberikan layanan bantuan psikologis, terkait rangkaian tes dan intervensi dalam dunia pendidikan.
    • Guru BK: Memberikan informasi berupa menyiapkan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat dan mengarahkan terhadap suatu tujuan, kegiatan ini terbatas pada cakupan sekolah saja.
     

Thursday, April 5, 2012

PENDIDIKAN ANAK PRA SEKOLAH?apakah itu?

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan kehidupan manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini.
Tujuan lain  pendidikan prasekolah  seperti Taman Kanak-Kanak (TK) adalah untuk memberikan stimulasi dan bimbingan terhadap kebutuhan fisik dan pertumbuhannya, serta meningkatkan kemampuan intelektual dan hubungan sosial sebagai persiapan untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosioemosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada physicalintelligence/cognitiveemotional, dan social education, dengan uraian sebagai berikut:
A. Fisik
PAUD melatih gerak motorik anak yang dapat membantu pertumbuhan fisik anak lebih optimal. Pertumbuhan anak pada usia dini perlu dirangsang karena pada usia ini perkembangan fisik anak berkembang dengan cepat. Kegiatan bermain di PAUD tentunya sangat membantu untuk mengoptimalkan perkembangan fisik anak.

B. Inteligensi/kognitif
Kemampuan kognitif anak berkembang pada anak usia dini sehingga perlunya rangsangan untuk mengoptimalkan kemampuan tersebut. PAUD membantu mengajarkan anak untuk mempelajari hal-hal yang mengembangkan kemampuan kognitif anak, seperti bermain puzzle, menghitung.

C. Emosi
Dengan bergabung disuatu lingkungan, emosi anak akan lebih berkembang, bergabung bersama teman-teman sebaya akan melatih emosi anak di PAUD

D. Pendidikan sosial 
PAUD mengajarkan anak untuk mengenal lingkungannya, khususnya teman sebaya. Anak diajarkan untuk saling berbagi dengan teman-temannya. Misalnya tempat bermain, anak diajarkan untuk menggunakan sarana tersebut secara bergantian. Diperlukan juga kekonsistenan dari pengajar agar anak tidak bingung terhadap perilaku-perilaku sosial. 

Oleh: 
Sari Amanda (08-112)

Sumber:
Sujiono, Y.N. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks


Thursday, March 29, 2012

Ragam Model Pembelajaran

Ragam model pembelajaran adalah berbagai cara yang digunakan oleh guru ataupun staf pengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Ragam model pembelajaran yang dibuat tentu mempunyai benefit/manfaat yang sekiranya berguna bagi semuanya, adapun model desain pembelajaran ditujukkan untuk:
  1. memudahkan para pengajar dlm memilih desain pembelajaran yang cocok untuk dipakai
  2. meningkatkan hasil belajar anak didik baik dr segi pemahaman konsep maupun prakteknya,mningkatkan daya kreatifitas anak didik
  3. sebagai materi bahan ajar dan bahan acuan bagi pengajar
Berbagai ragam model pembelajaran metode pembelajaran:
1. Metode Ceramah
2. Metode Diskusi
3. Metode Demonstrasi
4. Metode Karyawisata
5. Metode Tanya jawab
6. Mind Mapping
7. Role Playing
8. Kumon

Wednesday, March 28, 2012

DILEMA PENDIDIKAN INDONESIA

Ditulis oleh: Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE UI)
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”

“Dari Indonesia,” jawab saya.

Dia pun tersenyum.

BUDAYA MENGHUKUM

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.

Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.

Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.

Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

***

Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.

Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.

Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.

Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”

Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

MELAHIRKAN KEHEBATAN

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti.


Friday, March 23, 2012

JEAN PIAGET

A. Sejarah Singkat
Jean Piaget dilahirkan di Neuchâtel, Swiss, pada tanggal 9 Agustus 1896. Pada tahun 1918, Jean Piaget menerima gelar Doktor dalam Ilmu dari Universitas Neuchâtel. Dia bekerja selama setahun psikologi di laboratorium di Zurich dan terkenal psikiatri Bleuler di klinik Selama periode ini, ia diperkenalkan pada karya-karya Freud, Jung, dan lain-lain. Pada 1919, ia mengajar psikologi dan filsafat di Sorbonne di Paris. Di
sini ia bertemu Simon dan melakukan penelitian intelijen dan mulai mewawancarai subyek di sebuah sekolah anak laki-laki, dengan menggunakan teknik wawancara psikiatri yang ia pelajari di tahun sebelumnya. Pada tahun 1921, artikel pertamanya tentang psikologi kecerdasan diterbitkan. Pada tahun yang sama, ia mendaapatposisi sisi di Institut JJ Rousseau di Geneva. Di sini ia memulai penelitian dengan murid-muridnya untuk penalaran anak Sk SD. 
B. Inteligensi
Teori Piaget merupakan teori inteligensi yang menekankan pada aspek perkembangan kognitif, tidak merupakan teori yang mengenai struktur inteligensi semata-mata. Piaget tidak melihat inteligensi sebagai suatu yang dapat didefenisikan secara kuantitatif sebagaimana umumnya dicerminkan oleh banyaknya jawaban yang benar pada suatu tes akan tetapi ia menyimpulkan dalam prinsip teorinya bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Oleh karena itu, masalah utama dalam membahas inteligensi adalah masalah cara mengungkapkan berbagai metode berfikir yang digunakan oleha anak-anak dari berbagai tingkatan usia.
Pada sarnya Piaget lebih melihat inteligensi pada aspek isi, struktur, dan fungsinya. Dalam menjelaskan inteligensi sesuai dengan aspek isi, struktur, dan fungsinya. Dalam menjelaskan inteligensi sesuai dengan aspek isi, struktur, dan fungsi tersebut Piaget mengaitkannya pada periodisasi perkembangan biologis anak. Periodisasi ini olehnya dibagi atas periode perkembangan tahap sensory motor, praoperation, concrete operation, dan formal operation. Perkembangan biologis tersebut dimaksudkan pula sebagai periode perkembangan kognitif dan intelektual yang didalamnya mengandung konsepsi inteligensi masing-masing.
1. Practical Intelligence
Nama lain untuk inteligensi sensory motor yang tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan sensory motor (0-2 tahun) dan merupakan dasar dari semua inteligensi yang berkembang kemudian. Pada tahap ini anak dapat belajar untuk berbuat sesuatu sekalipun ia belum mampu memikirkan perbuatan itu.
2. Preoperational Intelligence
Pada tahap ini (2-7 tahun) berkembang pulalah perkembangan kognitifnya memasuki tahap inteligensi praoperational yang berciri adanya cara berfikir intuitif yang memungkinkan anak memahami berbagai tugas dan situasi yang kompleks
3. Operational Intelligence
Pada usia 5-7 tahun anak memasuki tahap perkembangan dasar inteligensi operasional dengan mulainya anak memahami apa yang disebut sebagai concrete operation. Bentuk-bentuk concrete operation dalam tahap perkembangan inteligensi ini adalah konversi dan klasifikasi
4. Formal Operational Intelligence
Pada tahap ini keterbatasan inteligensi operasional telah teratasi. Anak mampu berfikir hipotetik dan dapat menguji secara sistematik berbagai penjelasan mengenai kejadian-kejadian tertentu, dikarenakan anak telah mulai dapat menemukan penyelesaian suatu masalah.

sumber: 
 Azwar, Saifuddin.2006.Pengantar Psikologi Inteligensi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Thursday, March 22, 2012

PERANAN PEMBELAJARAN E-LEARNING DALAM MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Nama kelompok:
1. Siti Melisa Harahap (11-005)
2. Rica Amelia (08-044)
3. Edberg Winson (11-046)
Menurut pendapat kelompok kami :
Dengan diadakannya pembelajaran e-learning ini merupakan sebuah pembelajaran yang baru. Membutuhkan banyak penyesuaian dalam pelaksanaannya karena mengingat waktu jaman sekolah belum pernah menerapkan e-learning. Dan metode e-learning ini menurut kelompok kami memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positifnya yaitu :
1. Mahasiswa lebih cepat mengakses informasi dan dapat mengikuti perkembangan teknologi.
2. Metode pembelajarannya bersifat fleksibel, tidak monoton duduk di dalam kelas.
3. Mahasiswa lebih dituntut untuk menjadi lebih kreatif dan berinovasi sehingga kita dapat menyesuaikan           dengan tuntutan yang ada dimasyarakat pada sekarang ini.
Dan, dampak negatifnya :
1. Resiko mahasiswa melakukan plagiat lebih besar.
2. Interaksi langsung antara dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa menjadi berkurang     antarsesamanya.
Saran : Diharapkan adanya sosialisasi tentang e-learning sehingga mahasiswa dapat menyesuaikan diri untuk belajar dengan metode yang baru ini.^^